Antara Penis dan Vagina

Berawal dari tugas menyusun sebuah topik makalah untuk menjelaskan perbedaan antara seks dan gender, yang tentunya memuat sedikit istilah-istilah alat kelamin, saya jadi terpikir, sebenarnya bahasa Indonesia sendiri punya atau tidak istilah tersendiri untuk alat kelamin laki-laki dan perempuan? Kenapa juga di setiap artikel, essay dalam text-book, bahkan sampai jawaban dr.Boyke dan dr. Naek dalam rubrik seksologi di majalah-majalah, yang sering tersebut adalah serapan bahasa asingnya : penis dan vagina?

Kemudian, saya mulai bertanya pada teman-teman, sebuah pertanyaan sederhana “ Alat kelamin cowok sama cewek apaan sih, bahasa Indonesianya? Bukan penis dan vagina ya, itu kan serapan…”

Pertanyaan macam itu disambut dengan pelototan, bahkan ada pula yang berkata ‘hush!’.

Saya terheran-heran. Kenapa ‘Hush!’?

Kata mereka, karena saya menyebut penis dan vagina.

Kenapa ‘penis’ dan ‘vagina’ di’hush’?

Karena itu alat kelamin.

Okay, sampai sana saya tidak bertanya ‘kenapa?’ lagi. Walaupun sebenarnya agak heran juga. Penis dan vagina kan salah satu bagian tubuh yang ada pada manusia normal, sama seperti ‘tangan’ dan ‘kaki’ – kenapa dalam penyebutannya harus di’hush’, sedangkan jika kita menyebut ‘tangan’ dan ‘kaki’, tidak ada yang melotot atau meng’hush’ ?


Sadar atau tidak, kebanyakan orang tidak dibiasakan untuk sadar kelaminnya sendiri. Kalau dari pengalaman saya pribadi, dan dalam lingkungan saya dari kecil saya begitu terbiasa dengan pemakaian metafora tertentu untuk alat kelamin, burung dan pipis. Bahkan ada rekan kerja saya yang memberi nama sendiri untuk alat kelamin anak laki-lakinya : tutut.

Apa yang salah dengan ‘penis’ dan ‘vagina’ ?

Bukan dari penyebutan saja, tapi sering juga wujud nyata dari kelamin sama sekali tidak diperkenalkan – bahkan parahnya dianggap bahwa ‘daerah situ’ adalah daerah rahasia-yang-tidak-boleh-diketahui. Ada teman saya yang cerita bahwa waktu kecil, ia pernah dimarahi karena ketahuan oleh orangtuanya sedang memegang alat kelaminnya sendiri [padahal alat kelaminnya sendiri,lho! Kalau alat kelamin orang, boleh lah dimarahi..]. Kata mereka ‘Jangan pegang-pegang itu, jorok!’. Teman saya bingung, ketika mempertanyakan definisi ‘jorok’, jawaban yang ia dapat ‘Udahlah, ga usah tau daerah situ..’

Oh ya, lalu dalam pengenalan anggota tubuh zaman TK, alat kelamin juga tidak pernah masuk dalam pelajaran tersebut.

Ingat lagu ini?

Kepala, pundak lutut kaki.

Duh, sadar nggak sih, ada bagian-bagian tubuh yang terlewat antara pundak dan lutut?

Atau jika diajarkan dalam bahasa asing:

Head, shoulder, knee, foot..

There are still many body parts between shoulders and knees, including penis and vagina! [ehm, kalimat ini menyesuaikan dengan lagunya.:D]

Justru karena dirahasiakan, orang-orang malah penasaran ingin tahu,kan? Dan ketika sesuatu dengan informasi yang tidak cukup, dieksplor, apa jadinya?

Padahal jika pola berpikir ‘kelamin adalah hal yang tidak boleh disebutkan’ itu dirubah menjadi ‘kelamin itu hanya salah satu dari bagian alat tubuh- yang fungsinya perlu dipelajari’, mungkin saja kasus-kasus buruk yang berhubungan dengan perkelaminan tidak akan terjadi [plus pakai menyalahkan video porno de es te], soalnya masalah perkelaminan adalah hal biasa, tidak ada orang lagi yang mengalami euphoria akibat melihat tubuh bugil lawan jenis [baik secara maya mau pun nyata] dan melakukan hal yang membahayakan orang lain maupun diri sendiri.

Yah begitu deh..Lagi, saya meracau.

Oh ya, soal kelamin, setelah melihat kamus, ternyata ada bahasa Indonesia-nya, tapi khusus untuk alat kelamin pria : zakar.

Lha? Nama untuk yang perempuan mana?





1 komentar:

infogue mengatakan...

artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
http://seksologi.infogue.com/
http://seksologi.infogue.com/antara_penis_dan_vagina

anda bisa promosikan artikel anda di www.infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!